Thursday, December 13, 2012

[Review] 5 cm The Movie


Persahabatan, impian, cinta, dan nasionalisme. Adalah bumbu-bumbu dari film besutan sutradara terkenal, Rizal Mantovani, yang diadaptasi dari sebuah novel best seller based on true story karya Donny Dhirgantoro, yang berjudul : 5 cm.

Sebelumnya, saya sudah mem-posting review dari novel 5 cm di sini. Sekarang, saya akan mengulas filmnya.



Cerita dimulai dengan setting tempat makan bubur ayam di daerah Cikini, Jakarta. Film yang diambil dari sudut pandang Zafran (Herjunot Ali) ini, mulai memperkenalkan empat sahabatnya. Mulai dari Arial (Denny Sumargo) yang kayak Rambo dan ke mana-mana selalu bawa kecap. Ian (Igor Saykoji) yang badannya endut dan doyan banget sama Indomie plus film-film bokep. Riani (Raline Shah) yang paling cantik di antara mereka semua dengan sifat anehnya, yaitu suka banget kuah Indomie kari ayam yang selalu ia pinta dari Ian. Genta (Fedi Nuril) sang pemimpin yang hidupnya udah terarah banget dengan proyek kerjaannya dia. Sedangkan Zafran sendiri adalah seorang pujangga, yang senang berpuitis dan sangat narsis.

Saya suka cara film ini mengenalkan karakternya. Mengambil sisi-sisi yang sangat unik dari mereka, yang membuat semua penonton tertawa. Terutama saat mengenalkan karakter Ian, dengan Indomie dan film bokepnya.

Kemudian setting cerita berlanjut ke rumah Arial. Mereka bertemu dengan orang tua dan adik Arial, Arinda atau biasa yang dipanggil Dinda. Adegan di sini bener-bener kocak abis. Terutama saat Zafran, yang emang naksir banget sama Dinda (Pevita Pearce), langsung mupeng banget saat ngeliat adiknya Arial itu.
Dan di taman belakang rumah Arial inilah, semuanya bermulai. Mereka memutuskan untuk tidak saling bertemu dan berkomunikasi selama tiga bulan, untuk keluar sejenak dari zona nyamannya mereka.

Tiga bulan kemudian akhirnya mereka bertemu di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Di sinilah petualangan mereka dimulai. Mereka berpetualang untuk mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa, Puncak Mahameru.

Mata kita nggak hanya dimanjakan dengan cakepnya Herjunot Ali, gantengnya Denny Sumargo, berkharismanya Fedi Nuril, lucunya Igor Saykoji, cantiknya Raline Shah atau bahkan seksinya Pevita Pearce. Tapi juga keindahan dan mistisnya Gunung Semeru. Ada Ranu Kumbolo, surganya Semeru, danau yang bener-bener indah, ada hamparan bunga edelweiss yang cantik nan abadi, ada mistisnya Arcopodo dan Kalimati. Dan yang paling keren adalah ketika di Puncak Mahameru. Bisa dibilang, itulah samudera di atas awan. Keren banget.

Ranu Kumbolo

Kalimati
Dalam pendakian Gunung Semeru, mereka pun tak mudah dalam menjalaninya. Zafran yang kakinya sampai berdarah, Arial yang kedinginan ketika akan menaiki puncak, Dinda yang telinganya luka akibat terkena batu, dan Ian yang pingsan gara-gara terkena batu juga. Tapi setelah mereka berhasil melaluinya dan sampai puncak, wuiiiihhh, bener-bener terharunya. Arial si rambo pun sampai nangis. Terasa banget nasionalisme ketika sampai di puncak, karena mereka merayakan 17 Agustus di sana, dengan beberapa pendaki lain juga.

Kisah cintanya pun tak kalah terasa. Berawal dari kisah cinta Arial dengan seorang perempuan bernama Indy. Sebenarnya chemistry di antara mereka tak begitu kuat. Mungkin karena komposisi mereka berdua tak begitu banyak. Tapi satu adegan yang benar-benar romantis adalah, ketika Arial dan Indy sehabis makan jagung bakar dari Puncak, di mobil Arial menggenggam punggung tangan Indy. Dan Indy pun langsung membalikkan tangannya sehingga mereka saling menggenggam. Di adegan tersebut tak banyak dialog. Tak ada umbar-umbar kata cinta. Tapi dari ekspresi serta senyum wajah mereka membuat suasananya jadi romantis banget.
Kedua adalah ketika di kereta api, perjalanan menuju Malang. Saat pagi-pagi ketika mereka baru bangun tidur, kereta api sedang melintasi pemandangan yang begitu cantik. Zafran pun langsung menghampiri pintu kereta api, bediri di sana, menikmati hamparan rumput yang terbentang dan angin yang berhembus. Lalu ia kembali ke dalam, mengajak Dinda untuk melakukan hal yang sama. Dinda pun mau. Zafran berdiri di belakangnya. Dan yang romantis adalah, Zafran berbisik "I love you." pada Dinda. I love you, too, Zafran. Hehehe.
Lalu adegan Genta dan Riani juga gak kalah romantisnya. Waktu di acara kerjaannya Genta, yang mereka cuma saling bertatap lalu tersenyum. Lalu saat mereka di Ranu Kumbolo.
Dan terkahir adalah, adegan Zafran sama Riani. Yang mereka saling bertatap, tersenyum. Riani yang menunduk karena tatapan Zafran. Lalu menatap lagi. Lalu tersenyum lagi.

Bisa diambil kesimpulan adegan romantis di film ini bukan lebih karena kata-kata, tapi justru dari ekspresi mereka yang bisa membawa suasananya menjadi romantis. Aaaaah~

Untuk pemilihan artis di film ini pas banget lah menurut saya. Artis-artis utamanya. Paaass. Walaupun peran yang menjadi Bapak Dosen Sukonto Legowo, dosen pembimbingnya Ian terlalu kocak, yaitu Anugerah, pianis di acara talkshow Hitam Putih. Padahal pas baca bukunya, kirain bakal yang tinggi gede serem gitu. Taunya, kocaaak banget :D

Soundtrack di film ini juga keren. Ada empat lagu dari Nidji. Satu lagu hanya berupa intro. Judulnya Di Atas Awan, Rahasia Hati, dan Tak Akan Pernah Mati. Enak banget lagu-lagunya. 

Well, setiap film adaptasi dari novel pasti ada bagian yang dipotong. Beberapa bagian di buku yang nggak ada di film, padahal bakal bagus banget adalah:
1. Mengenai rumus Indomie nya Ian. Sumpah ini tuh kocak banget pas baca di buku. Sayangnya nggak ada di film.
2. Ada roh pendaki di Gunung Semeru sambil bawa bendera merah putih ketika di puncak. Ini sebenarnya bagus loh, menurut saya.
3. Surat dari Deniek untuk temannya, yaitu almahrum Adrian yang meninggal di Gunung Semeru. Beneran ini bagus banget ceritanya. Sedih dan ngena abis. Terutama ada quote yang keren banget di surat itu, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." Bukan hanya seonggok daging yang bernama. Keren kan. Sayang banget nggak ada di film, padahal pesannya itu bagus dan menyentuh banget.

Overall, film ini emang juara banget. Keren. Dan baru kali ini saya nonton di bioskop pas filmnya selesai semua penontonnya tepuk tangan.

Well, inilah karya anak bangsa yang patut diacungi jempol.
Buat yang belum nonton, kalian wajib nonton filmnya, dan jangan lupa, baca novelnya juga.

:)

sumber gambar : http://25.media.tumblr.com/tumblr_mbcp2bbfW31rof40jo1_1280.jpg
http://5cm-legacy.com/blog/wp-content/uploads/2011/12/teaserposterfinal.jpg


10 comments:

  1. Kalo dibilang karakter Zafran itu narsis ga juga, dia adalah seorang seniman yang hidup di dunianya, dan membuat dirinya terkadang sedikit antisosial, tapi meski begitu ranah filosofi dia kuat, itulah yang membuat ku kecewa dengan Junot, apa yang dibawakan, meski dia bilang ingin membuat gayanya sendiri, tapi justru membuat semua itu menjadi kosong, hampa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm, boleh juga pendapatnya. Tapi buat saya, Junot bisa meranin karakter Zafran dng baik kok, walaupun ttp masih ada yg kurang. Dia kan sbnrnya vokalis band, tapi di film justru gak terlalu menonjol bahwa dia adalah seorang vokalis. Anyway, Zafran akan tetep jadi karakter favorit saya. Baik itu di buku atau di film :)

      Delete
  2. mantap,.. kamu jelasinnya juga gamblang dan enak bgt,. aku membacanya seakan2 nonton kembali filmnya,.. :D
    salam kenal ya,..
    _NUris Hanana_

    ReplyDelete
    Replies
    1. wuaah, makasih, jadi semangat buat ngereview film2 lagi :D
      salam kenal juggaa :)

      Delete
  3. ngomong2 udah di upload belum ya filmnya mbaa ? :/

    ReplyDelete