Thursday, March 19, 2015

My Favorite Man

It's not about my Dad, who is my very first love
It's not about my brothers, who are my partner-in crime
It's not about lovers or someone whom I crush to
Or it's not about the ex-lovers whom I still care about

It's about someone whom I adore so much
Someone whom I admire from the very first time when I saw him
Someone whom I always dream about to be my partner-in-life
Someone who make me comfortable to talk to, to share with, or to do anything crazy and silly
Someone who can act like a dad, an older brother, or even a lover
Someone who always make me laugh until I cry
Someone who always be my favorite one in my life

Him, my favorite man...

Monday, March 16, 2015

Bukan Tentang Rindu Kembali

Sudah hampir setahun, waktu bermarathon
Berlari cepat meninggalkan jejak-jejak, indah maupun sebaliknya
Kenangan yang kadang terulang, disengaja ataupun hanya terbersit saja
Hanya tinggal itu yang tersisa, tanpa kembali ada dialog atau bahkan tatap mata

Lalu tiba-tiba semesta mungkin ingin bermain-main sebentar
Kami dipertemukan kembali dengan ketidaksengajaan
Bukan kebetulan, karena aku tetap tidak mempercayainya
Takdir? Mungkin, tapi aku tidak terlalu mengindahkannya

Pertemuan ini bertepuk sebelah tangan sebenarnya
Atau bahkan sama sekali tidak pantas disebut dengan pertemuan
Hanya di satu sisi yang melihat, dan di sisi lain bahkan tak tahu menahu
Seperti bertepuk sebelah tangan, yang sebenarnya bukan sebuah tepuk tangan

Ada dua hal yang tidak boleh dipermainkan, waktu dan perasaan
Tapi bagaimana jika kita sedang dipermainkan keduanya
Waktu yang mempermainkanku, hingga mata ini harus bersandar lagi padanya
Perasaan yang mempermainkanku, hingga logika ini terkadang tak bisa bekerja dengan semestinya

Terkadang ada penasaran yang menggebu
Bagaimana jikaku memberanikan diri untuk menghadapinya?
Bagaimana jikaku tak berbalik untuk menghindar?
Bagaimana jikaku dan ia benar-benar bertukar pandang?

Ah, sudahlah
Rasa penasaran itu harus terhapus dengan kewarasan diri
Berpikir logis bahwa jika menghadapinya hanya akan membuat otak bekerja semakin lemah
Karena ini, bukan tentang rindu kembali



Sunday, March 15, 2015

Satu Hari yang Aku Sebut Bukan Kebetulan

Aku tidak percaya dengan namanya kebetulan
Bukan Kebetulan kita berada di stasiun yang sama
Bukan Kebetulan kita berdiri di peron yang sama
Bukan Kebetulan kita menunggu kereta dengan arah yang sama

Satu kalimat pertamamu yang selalu masih kuingat, ketika kau berdiri tepat di sebelah kananku, "Nunggu kereta ke arah Kota juga?"
Aku mengangguk, tak lupa untuk tersenyum padamu
Satu pertanyaan yang berarah menuju puluhan tanya yang lain
Satu senyuman yang mengubah menjadi tawa

Hingar bingar di dunia kita terhenti sesaat, saat kereta datang
Ia membawa kita ke dunia dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain, dengan tawa-tawa yang lain juga
Satu hari itu
Hari di mana aku mengenalmu sebagai lelaki yang baik